Kita lahir
ke dunia ini serta dapat hidup karena kita diberikan atman/roh oleh Siwa/Tuhan.
Tuhan/Siwa yang selalu berhubungan dengan atman/roh akan menyinari tubuh kita
melalui Antahkarana. Antahkarana adalah jalur sinar suci Siwa/Tuhan yang
mengalir ke tubuh manusia.
Antahkarana
dapat dibesarkan dengan jalan membuka inti cakra Sahasrara (cakra Mahkota)
melalui upacara ritual yaitu : pawintenan dan dapat dibantu oleh seorang guru
spiritual tertentu.
Antahkarana ini berupa sinar putih keunguan yang mengalir terus menerus ke inti cakra Sahasrara yang letaknya bersesuaian dengan ubun-ubun di atas kepala kita. Pada kebanyakan orang umum antahkarana ini hanya setebal rambut, namun khusus bagi masyarakat Hindu umum/awam di Bali Antahkarana ini sebesar tusuk gigi sampai sebesar lidi. Hal ini disebabkan oleh seringnya masyarakat bali mengadakan upacara yadnya.
Antahkarana ini berupa sinar putih keunguan yang mengalir terus menerus ke inti cakra Sahasrara yang letaknya bersesuaian dengan ubun-ubun di atas kepala kita. Pada kebanyakan orang umum antahkarana ini hanya setebal rambut, namun khusus bagi masyarakat Hindu umum/awam di Bali Antahkarana ini sebesar tusuk gigi sampai sebesar lidi. Hal ini disebabkan oleh seringnya masyarakat bali mengadakan upacara yadnya.
Tetapi dalam
pengamatan waskita, besar kecilnya sinar Antahkarana tergantung seberapa dekat
hubungan orang tersebut terhadap Tuhan/Siwa itu. Kenapa orang yang melakukan
upacara yadnya ataupun ritual khusus di Bali mampu untuk memperbesar jalur suci
Antahkarana, karena ritual maupun upacara yadnya di Bali secara tidak disadari
sama halnya kita melakukan meditasi dan yoga.
Yadnya
adalah shrada bhakti yang tulus iklas. Jadi kalau setiap manusia sudah tulus
hatinya dalam melakukan yadnya tersebut maka tenanglah jiwa bhatinnya. Dan
dalam bermeditasi dan yoga kita harus memusatkan pikiran kita pada satu tujuan,
agar pikiran kita mencapai ketenangan, bila mana pikiran sudah mencapai
ketenangan maka jiwa bhatin secara otomatis akan ikut tenang. Jadi dengan itu
untuk mengembangkan Antahkarana ini dapat dilakukan dengan menyeimbangkan
antara meditasi/sembahyang dan berbakti secara sungguh-sungguh berdasarkan hati
yang tulus ikhlas.

Cakra
Cakra
berarti perputaran energi atau pusat aliran energi dalam bentuk roda/cakram.
Berputarnya roda energi menimbulkan pusaran energi, pusaran energi yang terbentuk
akan di alirkan ke alat-alat organ dalam pada tubuh fisik kita melalui nadi
yang sangat halus (meridian). Aliran energi ini bertanggung jawab atas
kerja dan fungsi organ dalam di dalam tubuh fisik. Diamati secara kewaskitaan
pada tubuh etheris kita, terdapat cekungan seperti sebuah terompet dimana
didalam intinya terdapat bulatan sinar menyerupai matahari/bulan kecil
yang memancarkan sinar dengan jumlah berkas sinar yang
berbeda-beda. Bulatan sinar inilah yang dikenal dengan Cakra.
Dalam inti
cakra terdapat jalinan simpul yang menyerupai anyaman. Anyaman/inti cakra
ini berhubungan erat dengan cakra-cakra lainnya, melalui nadi-nadi atau jalur
meridian (tempat mengalirnya prana). Dari beberapa cakra ada cakra-cakra
yang akar simpulnya berhubungan langsung dengan nadi utama (Sushumna
nadi) yang terletak di rongga tulang punggung tubuh fisik yang diapit
oleh dua nadi lain yaitu Ida (terletak sebelah kiri, dingin, sifat
chandra/bulan) dan Pinggala (terletak di sebelah kanan, panas, sifat surya/matahari).
Ketiga pokok nadi ini adalah sangat berperan dalam olah spiritual.
Pencapaian-pencapain kebangkitan spiritual adalah mengandalkan tiga nadi
tersebut. Demikian pula kebangkitan Kundalini adalah memanfaatkan tiga nadi ini
untuk mengolah prana dengan berbagai teknik meditasi.
Sebelum
meningkatnya seseorang dalam pencapaian tertentu dalam spiritualnya maka para
Siswa Rohani hendaklah paham cara-cara mengembangkan cakra-cakra terutama cakra
inti dan cakra pendukung yang terhubung kepada setiap cakra inti. Di dalam
lapisan tubuh terdapat 365 cakra yang terhubung ke cakra-cakra inti. Manusia
mempunyai 7 cakra inti dan 7 cakra di luar tubuh.
Tujuh cakra
inti tersebut adalah :
1. Cakra Muladhara (dasar)
2. Cakra Svadhistana (sex)
3. Cakra Manipura (pusar)
4. Cakra Anahata (jantung)
5. Cakra Wisudha (tenggorakan)
6. Cakra Ajna (mata ketiga)
7. Cakra Sahasrara (mahkota)
1. Cakra Muladhara (cakra dasar)
1. Cakra Muladhara (dasar)
2. Cakra Svadhistana (sex)
3. Cakra Manipura (pusar)
4. Cakra Anahata (jantung)
5. Cakra Wisudha (tenggorakan)
6. Cakra Ajna (mata ketiga)
7. Cakra Sahasrara (mahkota)
1. Cakra Muladhara (cakra dasar)
Cakra ini
letaknya di ujung bawah tulang punggung/ekor dengan warna kemerah-merahan
dengan 4 berkas sinar/daun. Bagian tengahnya terdapat warna sinar oranye.
Semakin ke dalam terdapat sedikit bulatan sinar kuning. Disinilah bersetananya
dewa Brahma dengan saktinya Dewi Saraswati serta bersemayamnya kekuatan suci
Ibu Dewi Kundalini yang berwujud ular emas bermahkota raja melilit lingga
Swayambu Siwa dengan tiga setengah lilitan utama. Pengetahuan tentang cakra ini
sangatlah penting mengingat cakra Muladhara merupakan pondasi yang perlu
dikokohkan sebelum menuju ketingkatan spiritual yang lebih tinggi. Bila
pondasi rapuh menyebabkan Anda terhalang di tengah jalan.
Cakra
muladhara dipengaruhi dari unsur-unsur zat padat (pertiwi), dimana unsur ini
berhubungan erat dengan: kebugaran tubuh fisik, hal-hal yang berhubungan dengan
materi, perkembangbiakan, kreatifitas dan pertahanan diri.
Seseorang
yang ingin tetap sehat, ingin punya anak dan menginginkan kekayaan materi yang
berlandaskan spiritual hendaklah sering melakukan latihan meditasi untuk
mengembangkan cakra dasar ini. Kekayaan bukanlah hal yang dilarang dalam
spiritual. Orang yang kaya harta dan berlandaskan pada ajaran dharma adalah
orang-orang yang memanfaatkan hartanya untuk diri sendiri dan peningkatan umat
lain. Untuk menjaga agar tetap kaya maka tetaplah sebagai pelaku spiritual dan
menjaga dengan baik dan meningkatkan diri mengembangkan cakra-cakra lainnya
sehingga berbagai kemuliaan akan dapat dinikmati di alam skala dan niskala
nantinya.
2. Cakra Svadhistana (cakra sex)
2. Cakra Svadhistana (cakra sex)
Cakra
swadhistana letaknya bersesuaian dengan daerah kemaluan yang memancarkan 6
berkas sinar/helai daun berwarna oranye (jingga). Mandalanya berbentuk bulan
sabit sebagai lambang air. Di cakra ini berstanannya dewa Wisnu dengan saktinya
Dewi Laksmi/Sri.
Sifat air
adalah yang mempengaruhi cakra svadhistana yang mengontrol segala macam nafsu
dan emosi. Cakra ini adalah tingkatan yang lebih rendah dari cakra
wisudha (cakra tenggorokan) yang menyebabkan tingkah laku yang kasar, hilangnya
akal sehat, rasa kurang peduli, kurang percaya pada diri sendiri, kecemburuan
dan keserakahan serta kemandulan.
Bilamana bermeditasi pada cakra svadhistana serta memahami kesadarannya niscaya akan mempunyai sikap pengontralan diri yang tinggi terhadap sifat-sifat negatif tersebut di atas, daya ingat semakin baik dan daya kecappun semakin baik. Daya kecap tinggi adalah termasuk intuisi yang tajam. Seorang intelektual yang berwawasan tinggi serta dipenuhi kebajikan akan tercipta dari orang-orang yang sudah berkembang cakra sexnya. Berbagai macam kemuliaan yang berhubungan dengan kemakmuran akan dapat dicapainya.
3. Cakra Manipura (cakra pusar)
Bilamana bermeditasi pada cakra svadhistana serta memahami kesadarannya niscaya akan mempunyai sikap pengontralan diri yang tinggi terhadap sifat-sifat negatif tersebut di atas, daya ingat semakin baik dan daya kecappun semakin baik. Daya kecap tinggi adalah termasuk intuisi yang tajam. Seorang intelektual yang berwawasan tinggi serta dipenuhi kebajikan akan tercipta dari orang-orang yang sudah berkembang cakra sexnya. Berbagai macam kemuliaan yang berhubungan dengan kemakmuran akan dapat dicapainya.
3. Cakra Manipura (cakra pusar)
Cakra
manipura disebut pula cakra pusat pemrosesan prana. Akar-akar cakra ini
menyebar hampir keselurah cakra utama/inti. Cakra manipura letaknya bersesuaian
dengan cekungan pusar pada tubuh fisik. Bila kita makan, makanan ini diproses
di daerah perut. Hasil pemrosesan yang bersifat energi halus
disebarluaskan melalui nadi-nadi yang berpusat di cakra manipura. Proses
pembakaran di perut yang bersifat lebih kasar digunakan untuk pertumbuhan
dan kesehatan tubuh fisik.
Cakra
manipura terdiri dari 10 berkas sinar/helai daun berwarna kehijauan pada bagian
tepinya dan semakin ke tengah warna kekuningan serta pada inti cakra adalah
warna kemerahan. Dewa yang berstana adalah dewa Wisnu dengan saktinya.
Cakra manipura
bersifat api di mana hawa panasnya selalu menuju ke atas. Cakra manipura lebih
banyak mempengaruhi sistem pencernaan tubuh fisik dengan mengendalikan
usus-usus di dalam perut. Lebih kurang tiga jari di bawah cakra manipura ada
yang disebut dengan Tantien yang berkaitan erat dengan cakra manipura dalam
proses meningkatkan tenaga dalam dan membangkitkan unsur api serta listrik
dalam tubuh manusia. Tantien adalah pusat dari pengolahan gas/ether
menjadi unsur api.
Bermeditasi pada cakra ini maka manusia akan mengerti tentang berbagai pengaruh atau pengetahuan astral, menguasai tenaga dalam dan menguasai sifat dari unsur: api, panas, cahaya/sinar dan listrik. Dengan unsur api/cahaya (teja) segala emosional bersifat: ketidakpuasan, kesedihan, kejengkelan, kemarahan, putus asa, stres, merasa menderita dan berbagai penyakit berkaitan dengan pikiran dapat dihancurkan yang pada akhirnya membawa kita pada kebahagiaan yang sempurna disamping dapat mengerti jalan menuju kematian.
Bermeditasi pada cakra ini maka manusia akan mengerti tentang berbagai pengaruh atau pengetahuan astral, menguasai tenaga dalam dan menguasai sifat dari unsur: api, panas, cahaya/sinar dan listrik. Dengan unsur api/cahaya (teja) segala emosional bersifat: ketidakpuasan, kesedihan, kejengkelan, kemarahan, putus asa, stres, merasa menderita dan berbagai penyakit berkaitan dengan pikiran dapat dihancurkan yang pada akhirnya membawa kita pada kebahagiaan yang sempurna disamping dapat mengerti jalan menuju kematian.
Ilmu-ilmu
yang tergolong kanuragan atau kewisesaan juga berupaya untuk mengembangkan
cakra manipura. Telah banyak ditunjukkan oleh praktisi dari banyak aliran yang
mampu membuat bola lampu menyala. Di Bali, dari pengamatan Narasumber, Cokorda
dari Puri Kesiman telah menunjukkan kemampuannya menguasai unsur listrik dengan
memanfaatkan petir untuk melakukan hubungan telepon kepada salah satu reporter
tv swasta. Hp berdering namun tidak ada nomer hp muncul di layar dan mereka
berkomunikasi. Juga dengan penguasaan unsur api yang baik manusia bisa mengendalikan
hujan seperti membuat hujan dan menghentikan hujan.
Pada
tingkatan yang sudah tinggi, latihan dari membangkitkan cakra manipura akan
menimbulkan sensasi angin, bahkan mengundang hujan atau terkadang petir di
siang bolong. Sesama manusia waskita atau wikan akan saling memahami kejadian
alam seperti ini. Bagi pemula, perlu bimbingan seorang guru yang paham untuk
meditasi cakra manipura sebab pada pembangkitan unsur api, manusia berhubungan
dengan energi planet-planet dan apabila berlatih pada saat mendung sangatlah
berbahaya. Mendung sering membawa listrik yang besar dan seandainya kebangkitan
sedang terjadi pada siswa tanpa disadari, listrik statis pada tubuh pada saat
latihan akan memancing listrik dari mendung. Jadi bahayanya adalah disambar petir.
4. Cakra Anahata (cakra jantung)
Cakra anahata memiliki 12 berkas sinar/helai daun dengan warna tidak selalu sama pada setiap orang. Warna cakra ini lebih dominan dipengaruhi oleh sifat-sifat dasar seseorang, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan spiritualnya.
Cakra anahata berhubungan erat dengan cakra sahasrara (cakra mahkota), karena cakra ini merupakan tempat terakhirnya jalur antahkarana. Jika diamati secara waskita sifat-sifat seseorang bersesuaian dengan tingkat frekwensi dari warna-warna tersebut yang menyimbolkan arti seperti:
1. Merah muda/pink simbol dari: cinta kasih
2. Hijau simbol dari: pelindung, penyejuk
3. Biru simbol dari: tertutup
4. Kuning/putih simbol dari: kesucian
5. Keemasan simbol dari: luhur atau keagungan
6. Ungu simbol dari: spiritual tinggi
7. Merah menyala simbol dari: semangat, emosional atau marah.
Cakra ini merupakan cakra yang amat penting seperti halnya jantung pada tubuh fisik. Dimana cakra anahata merupakan pusat pemerosesan prana dari cakra-cakra di bawahnya untuk dibawa ke cakra yang lebih tinggi dan sebaliknya.
Cakra sahasrara memberi ide, selanjutnya cakra soma/cakra-cakra yang ada di telapak tangan memikirkan dan diputuskan oleh cakra ajna/cakra mata ketiga. Setelah memperoleh hasil dari keputusan apakah itu baik/bener/jelek/salah, diteruskan ke cakra anahata. Cakra anahata menimbang dengan tingkatan emosi yang lebih halus kemudian diteruskan atau tidak. Bila hasil keputusan cakra ajna diteruskan ke tingkat cakra bawah oleh cakra anahata maka terjadilah gerak tubuh fisik sesuai keputusan cakra ajna.
Cakra anahata ada dua buah, terletak di daerah depan (daerah dada) dan belakang dada berdekatan dengan organ jantung pada tubuh fisik manusia. Cakra anahata depan lebih banyak bertugas menjaga keseimbangan kerja dari jantung tubuh fisik dan kelenjar tyumus. Cakra anahata belakang mengontrol dan memberi energi pada paru-paru, juga jantung fisik dan kelenjar tyumus.
Pada cakra anahata berstana dewa Rudra/Iswara dengan saktinya yang bersifat seperti udara. Manfaat bermeditasi pada cakra anahata dan menguasai rahasianya akan memiliki kemampuan: mendengar gema/suara batin yang tepat, mendengar suara hati, niscaya orang ini juga mampu mengontrol sifat-sifat dari udara, menyadari atau merasakan dengan batin keadaan orang lain apakah dia sedih/senang, baik/buruk serta merasakan kehadiran mahluk yang bersifat halus (gaib), melihat sosok gaib dengan mata batin, berkemampuan meneropong/melihat jarak jauh dengan kemampuan batin.
Kemampuan lain dari berkembangnya cakra anahata adalah: mampu berkomunikasi dengan mahluk gaib, bisa menangkap/mendengarkan dengan batin petunjuk/pawisik dari sosok gaib yang bersifat lebih tinggi/dewata, dengan jnana/pemusatan pikiran yang baik maka setiap pikiran menjadi terwujud sebagai suara batin yang mana memungkinkan komunikasi menjadi dua arah atau disamping bisa mendengar suara batin juga bisa mengeluarkan suara batin. Kemampuan mewujudkan suara batin diperlukan saat melakukan pemujaan dan permohonan kepada Tuhan. Tuhan bersifat maha mengetahui akan tetapi kesadaran manusia yang memupuk dan meningkatkan cakra anahata adalah manusia-manusia yang dimuliakan dan diangkat derajatnya baik di skala maupun niskala.
Perasaan kasih sayang semakin tumbuh, kepercayaan terhadap Tuhan semakin mantap dan dapat mengatasi masalah dengan tenang. Sidharta Gautama dikenal mempunyai kasih sayang yang tinggi sehingga menjadi Budha. Kasih sayang yang tinggi adalah kesaktian yang paling tinggi dari seluruh kesaktian yang ada.
5. Cakra Wisudha (tenggorakan)
4. Cakra Anahata (cakra jantung)
Cakra anahata memiliki 12 berkas sinar/helai daun dengan warna tidak selalu sama pada setiap orang. Warna cakra ini lebih dominan dipengaruhi oleh sifat-sifat dasar seseorang, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan spiritualnya.
Cakra anahata berhubungan erat dengan cakra sahasrara (cakra mahkota), karena cakra ini merupakan tempat terakhirnya jalur antahkarana. Jika diamati secara waskita sifat-sifat seseorang bersesuaian dengan tingkat frekwensi dari warna-warna tersebut yang menyimbolkan arti seperti:
1. Merah muda/pink simbol dari: cinta kasih
2. Hijau simbol dari: pelindung, penyejuk
3. Biru simbol dari: tertutup
4. Kuning/putih simbol dari: kesucian
5. Keemasan simbol dari: luhur atau keagungan
6. Ungu simbol dari: spiritual tinggi
7. Merah menyala simbol dari: semangat, emosional atau marah.
Cakra ini merupakan cakra yang amat penting seperti halnya jantung pada tubuh fisik. Dimana cakra anahata merupakan pusat pemerosesan prana dari cakra-cakra di bawahnya untuk dibawa ke cakra yang lebih tinggi dan sebaliknya.
Cakra sahasrara memberi ide, selanjutnya cakra soma/cakra-cakra yang ada di telapak tangan memikirkan dan diputuskan oleh cakra ajna/cakra mata ketiga. Setelah memperoleh hasil dari keputusan apakah itu baik/bener/jelek/salah, diteruskan ke cakra anahata. Cakra anahata menimbang dengan tingkatan emosi yang lebih halus kemudian diteruskan atau tidak. Bila hasil keputusan cakra ajna diteruskan ke tingkat cakra bawah oleh cakra anahata maka terjadilah gerak tubuh fisik sesuai keputusan cakra ajna.
Cakra anahata ada dua buah, terletak di daerah depan (daerah dada) dan belakang dada berdekatan dengan organ jantung pada tubuh fisik manusia. Cakra anahata depan lebih banyak bertugas menjaga keseimbangan kerja dari jantung tubuh fisik dan kelenjar tyumus. Cakra anahata belakang mengontrol dan memberi energi pada paru-paru, juga jantung fisik dan kelenjar tyumus.
Pada cakra anahata berstana dewa Rudra/Iswara dengan saktinya yang bersifat seperti udara. Manfaat bermeditasi pada cakra anahata dan menguasai rahasianya akan memiliki kemampuan: mendengar gema/suara batin yang tepat, mendengar suara hati, niscaya orang ini juga mampu mengontrol sifat-sifat dari udara, menyadari atau merasakan dengan batin keadaan orang lain apakah dia sedih/senang, baik/buruk serta merasakan kehadiran mahluk yang bersifat halus (gaib), melihat sosok gaib dengan mata batin, berkemampuan meneropong/melihat jarak jauh dengan kemampuan batin.
Kemampuan lain dari berkembangnya cakra anahata adalah: mampu berkomunikasi dengan mahluk gaib, bisa menangkap/mendengarkan dengan batin petunjuk/pawisik dari sosok gaib yang bersifat lebih tinggi/dewata, dengan jnana/pemusatan pikiran yang baik maka setiap pikiran menjadi terwujud sebagai suara batin yang mana memungkinkan komunikasi menjadi dua arah atau disamping bisa mendengar suara batin juga bisa mengeluarkan suara batin. Kemampuan mewujudkan suara batin diperlukan saat melakukan pemujaan dan permohonan kepada Tuhan. Tuhan bersifat maha mengetahui akan tetapi kesadaran manusia yang memupuk dan meningkatkan cakra anahata adalah manusia-manusia yang dimuliakan dan diangkat derajatnya baik di skala maupun niskala.
Perasaan kasih sayang semakin tumbuh, kepercayaan terhadap Tuhan semakin mantap dan dapat mengatasi masalah dengan tenang. Sidharta Gautama dikenal mempunyai kasih sayang yang tinggi sehingga menjadi Budha. Kasih sayang yang tinggi adalah kesaktian yang paling tinggi dari seluruh kesaktian yang ada.
5. Cakra Wisudha (tenggorakan)
Cakra
wisudha letaknya di daerah tenggorokan depan pada tubuh fisik. Cakra ini
mempunyai 16 berkas sinar/helai daun dengan warna dominan biru muda pada
luarnya dan pada inti cakra terdapat warna putih bening. Unsur-unsur
yang terdapat atau mempengaruhi adalah akasa (ether). Pada cakra ini
berstanalah hyang Sadasiwa.
Cakra
wisudha/tenggorokan merupakan pengontrolan tingkat emosi yang lebih
tinggi. Cakra ini berhubungan erat dengan cakra svadhistana/sex. Sifat-sifat
yang dimiliki sama dengan yang berpengaruh dari cakra svadhistana tetapi dalam
tingkatan yang lebih halus. Misalnya sifat kasar yang ditunjukkan tidak lagi
dalam bentuk fisik yang vulgar. Tetapi dengan cara-cara taktik/politik yang
licik dan dengan kesan intelektual. Dengan adanya hubungan ini gangguan cakra
wisudha bisa mempengaruhi prilaku seperti yang disebutkan pada cakra
svadhistana termasuk juga bisa menyebabkan kemandulan.
Apabila
cakra ini aktif dan berkembang dan simpul-simpulnya terbuka maka kita menjadi
waskita pendengaran yaitu mendengar suara/swara yang bersifat halus
(gaib). Mendengar jarak jauh. Mendengar di sini bukan lagi mendengar dalam
batin tetapi mendengar dengan organ fisik layaknya mendengar suara dari
kehidupan skala.
6. Cakra Ajna (mata ketiga)
6. Cakra Ajna (mata ketiga)
Bagi mereka
yang sudah lama menekuni hal-hal spiritual tentu mengenal kegunaan cakra
ajna/mata ketiga. Karena keaktifan cakra ajna sangat dibutuhkan yaitu untuk
pewaskitaan/penglihatan/tembus pandang.
Berkembangnya
cakra ajna maka manusia akan bisa melihat tembus pandang/meneropong ke masa
lalu, masa kini dan masa mendatang. Manusia yang demikian disebut sebagai
waskita bahkan wikan.
Dengan
kewaskitaan manusia dapat melihat mahluk-mahluk halus, energi halus,
cakra-cakra beserta warna-warnanya, melihat aura dan bahkan para dewata
sekalipun. Keaktifan atau berkembangnya cakra ajna memungkinkan kita
memvisualisasikan sesuatu lebih jelas termasuk dapat menghipnotis dengan
cara-cara yang halus.
Letak cakra
ajna adalah di antara kedua alis dengan 2 berkas sinar/lembar helai daun dengan
warna yang berbeda. Sebelah daun berwarna keunguan dan sebelah kuning
keputihan di inti cakra terdapat lingkaran dengan warna putih cemerlang (bagai
sinar matahari).
Dewa
yang berstana adalah hyang Paramasiwa. Cakra ajna dikenal juga sebagai
mata ketiga/mata lahir. Mata lahir dimaksud adalah mata non fisik yang
berkemampuan layaknya mata fisik tetapi hanya melihat mahluk gaib/halus bahkan
para dewata. Adalah kemampuan melihat yang lebih tinggi dari kemampuan melihat
dengan mata batin sebab akan melihat detail dari suatu sosok gaib. Tetapi mata
lahir ini tidak bisa meneropong jarak jauh.
Fungsi dari
cakra ajna adalah mengontrol seluruh cakra-cakra di bawahnya. Berkembangnya
cakra ajna adalah terjadi sesuai dengan perkembangan dari cakra-cakra di
bawahnya.
7. Cakra Sahasrara (mahkota)
7. Cakra Sahasrara (mahkota)
Cakra ini
berada di luar tubuh yaitu kira-kira sejengkal tangan di atas kepala dengan
akarnya pada ubun-ubun. Dengan seribu berkas sinar/helai daun berwarna-warni
kemilauan, semua warna yang terlihat sangat mengagumkan. Tidak ada
kelihatan warna dominan kecuali beberapa lembar helai daun di tengahnya, yang
mana keadaannya tergantung dari tingkat spiritual seseorang. Semakin tinggi
spiritual seseorang warna ini menjadi kuning keemasan. Biasanya warna daun ini sesuai
dengan warna cakra anahata.
Pada inti cakra terdapat tangkai seperti bunga teratai. Tangkai tersebut berhubungan dengan puncak kepala yang sering disebut dengan antahkarana atau tali spiritual. Antahkarana adalah ukuran yang sangat penting guna mengetahui tingkat kerohanian seseorang. Jalur antahkarana merupakan jalur turunnya energi yang maha suci.
Pada inti cakra terdapat tangkai seperti bunga teratai. Tangkai tersebut berhubungan dengan puncak kepala yang sering disebut dengan antahkarana atau tali spiritual. Antahkarana adalah ukuran yang sangat penting guna mengetahui tingkat kerohanian seseorang. Jalur antahkarana merupakan jalur turunnya energi yang maha suci.
Diamati secara waskita energi yang bisa memasuki antahkarana hanya
energi yang maha suci (roh-roh yang amat suci). Bila cakra
sahasrara sudah berkembang akan menuntun manusia lebih mendalami hal-hal
yang bersifat kerohanian dan selalu ingin mengetahui ajaran-ajaran
kesucian yang berhubungan dengan ke-Tuhanan, ingin memahami sifat-sifat
dengan kesadaran somia/buddhies
yang lebih tinggi, segala tindak tanduknya didasarkan atas ajaran suci
(weda/pengetahuan suci).
Kebangkitan kundalini yang mencapai cakra sahasrara akan menuntun seseorang dapat menilai dirinya sendiri dan menilai orang lain dengan bijaksana, tahu kebenaran yang sesungguhnya. Bertemunya Kundalini sakti dengan Siwa pada cakra sahsrara memungkinkan seseorang mencapai moksa/hidup abadi/bebas penderitaan (bebas keduniawian dalam arti luas).
(narasumber: Darma Giri Utama)