Responsive Banner design
Home » » THE HOUND OF HEAVEN ( KISAH PARA PENJELAJAH SURGA )

THE HOUND OF HEAVEN ( KISAH PARA PENJELAJAH SURGA )



DISINI kami abadi, jika kelak kami memang harus punah, setidaknya kami pernah ada dan menjelajahi PULAU ini, hingga kami bisa ada dalam kisah-kisah manusia pulau SURGA. Mulai kisah I Pucung, Balang Tamak hingga Parwa Wafatnya Prabu Yudhistira, nama kami abadi di dalamnya, walaupun tak ada monumen dibangun untuk kesetiaan kami. Tapi kami ada dari puncak-puncak gunung, di tiap jalanan desa, hingga desa -desa yang telah menjadi kota.

Ini adalah kisah kami, ANJING-ANJING PULAU SURGA, kamilah para penjelajah surga. Kami memang terlahir untuk setia, di pulau surga ini leluhur kami adalah pilihan. Kami dipelihara tuan kami karena kami pilihan, dan kami semua dari keturunan anjing-anjing pilihan. Leluhur kami dimasa lampau ada di puri para Raja-Raja Bali, Pasraman orang-orang suci, para pemburu,para petani,para bendega,para pedagang. Kami mendapat tempat yang baik, kami diberikan kebebasan menjelajahi desa-desa sejauh kami bisa, karena kami setia kepada tuan kami, kami tak akan pergi jauh meninggalkan tuan kami.

Ketika itu peperangan demi peperangan terjadi di tanah surga, leluhur kami adalah saksi dari kekejian, pembantaian serta masa kegelapan pulau surga. leluhur kami pula saksi masa kejayaan dan "kerta" di Pulau Para Dewata ini.
Tak hanya dalam dongeng dan parwa ,kami ada dalam catatan lontar tentang siapa dan apa yang membuat kami berbeda, "CARCAN ASU" lontar tentang kami ,anjing penjelajah pulau surga yang terpilih ;

Kami akan disebut " asu gong sabarung" jika gonggongan kami bulat dan keras, serta saat menggonggong kami mengawasi dan mengikuti buruan kami, kami dipercaya memberikan kewibawaan

" Asu ipuser tahun" adalah jika pada kedua rahang kami terdapat "useran",kami dipercaya sebagai anjing yang sanggup mengusir mahluk jahat dan ditakuti roh-roh jahat.

" Asu mebulu barak" jika kami berbulu agak kemerahan, dengan lidah kami terdapat belang, atau tompel pada lidah,maka kami dipercaya sanggup mengusir "Kala Denget"

" Asu telapakan batisne belus" adalah jika telapak kaki kami selalu tampak basah dan berair, maka kami dianggap sanggup mengusir dan menjaga tuan kami dari segala bentuk ilmu hitam "pengeleakan" /Desti

" Asu selem " jika bulu kami dan hampir semua bagian tubuh kami hitam, dan ada sedikit warna kemarahan di ujung telinga kami, maka kami dipercaya akan sanggup menjaga tuan kami dari segala mara bahaya.

" Asu mebulu halus" jika kami memiliki bulu-bulu yang pendek dan halus, maka kami dianggap anjing yang bisa menjaga tuan kami dari segala gangguan mahluk halus yang jahat.

" Asu rajeg wesi" adalah kami yang memiliki bulu putih mulus, hitam legam atau loreng, dan memiliki bulatan mata yang hitam kami dipercaya sanggup melindungi rumah serta tuan kami dari segala bentuk "pepasangan", teluh dan ilmu hitam.

Dan masih banyak lagi tentang siapa kami dan kami adalah anjing-anjing pilihan yang menjaga dengan setia tuan kami dari segala bahaya, dalam lontar "Carcan Asu"

Tak hanya dari penampilan luar kami, namun di Pulau Surga sejak dahulu kala, leluhur kami dipilih berdasarkan sifat-sifat kami yang dilihat dari ukuran tubuh kami. Dalam Lontar Carcan Asu ,setidaknya ada sekitar 31 sifat anjing yang dituliskan. Di Pulau Surga ini sejak jaman dahulu leluhur mereka mewariskan cara untuk menentukan sifat anjing sebelum diputuskan akan memelihara kami, yakni Penghitungan; Paksa, Jaya, Guna, Ketek dan Kiul.

Yaitu dengan mengukur panjang dari ujung moncong hingga ujung ekor kami. dengan menggunakan tali atau lidi yang lentur.

Kemudian, akan diukur ujung moncong hingga titik di antara mata kami. Lalu dengan ukuran tersebut, bagilah ukuran dari moncong hingga ujung ekor dengan ukuran ujung moncong hingga titik di antara mata. Bagi ukuran tersebut dengan mengulang urutan Paksa, Jaya, Guna, Ketek dan Kiul, lalu liat mana yang menjadi urutan terakhir dari pembagian tersebut. Urutan tersebut yang akan menjadi sifat dominan dari kami tersebut nantinya. Entah bagaimana seajarahnya namun ukuran tersebut kadang bisa tepat untuk menebak sifat-sifat kami akhirnya, dan tentu jauh sebelum Pulau Surga seperti saat ini, kadang kami dinamai sesuai karakter kami, I Paksa, I Jaya, I Guna.

Anjing Paksa, maka anjing tersebut nantinya akan dominan memiliki karakter yang Galak dan Agresif. Anjing berkarakter ini akan setia dengan pemiliknya dan selalu memiliki kecurigaan dengan setiap orang asing yang mendekati pemilikinya serta rumah pemilikinya. Anjing sangat cocok untuk dijadikan anjing penjaga rumah .

Kami yang memiliki sifat Jaya, akan dominan berkarakter seperti penguasa. Cederung aktraktif serta manja dan cederung lebih sering merengek-rengek pada tuanya. Sesuai dengan sebutan karakter ini, "JAYA", anjing dengan karakter ini akan cederung ingin berjaya pada pemilikinya. Kami dengan karakter ini sangat cocok dijadikan peliharaan rumahan yang sering dibelai dan berinteraksi, namun dianggap tidak cocok untuk menjaga rumah

Anjing Guna, adalah kami para anjing dengan karakter penurut dan sangat mudah untuk dilatih.

Kami yang dianggap bersifat Ketek,memiliki karakter berkebiasaan buruk dan kotor. Sifat alami kami akan sangat tampak pada kakater ini. Kami yang bersifat Ketek dianggap suka bermain-main jauh serta cenderung kotor, suka menggali-gali tanah, dan agak susah dilatih serta diatur.

Anjing Kiul, adalah kami yang dianggap dominan berkarakter pemalas. Hanya suka makan dan tidur. Jenis kami ini cocok digunakan sebagai penunggu di rumah tapi tidak bisa sebagai penjaga yang dihandalkan.

Dahulu kala ketika Pulau Surga masih penuh hutan lebat, leluhur kami adalah mereka anjing-anjing pilihan, adalah seahabat setia tuan-tuan mereka dalam berburu, itu sebabnya sampai sekarang dikenal istilah “cicing borosan” (=anjing pemburu). Ya leluhur kami adalah para pemburu, para petualang sejati, yang menjelajahi pulau surga jauh sebelum anjing "Kintamani" yang dikenal kini hingga seluruh dunia. Leluhur kami dan kami saat ini mungkin dikenal dengan sebutan "Kuluk Kacang" , anjing Kacang, Peanut dog. Seiring masa tuan-tuan leluhur kami tak lagi berburu namun hidup berladang dan bertani maka kami digunakan untuk menjaga kebun-kebun atau persawahan.
Kami tak lagi dilatih menjadi pemburu, walaupun setidaknya hingga saat ini insting serta jiwa kami sebagai anjing pemburu masih ada.

Seiring waktu, Pulau Surga....pulau yang telah dihuni leluhur kami sejak ribuan tahun silam telah berubah, sawah dan kebun tak lagi banyak. Tuan kami banyak yang bukan petani lagi, maka kami dipelihara hanya untuk menjaga rumah, terkadang seharian kami hanya berdiam diri didalam rumah, tempat kami bermain tak lagi luas. Jalan-jalan desa sudah menakutkan untuk kami,apalagi jalan-jalan di perkotaan, banyak kisah saudara kami tewas tergilas roda-roda kendaraan manusia. Mayat mereka terbengkalai dengan usus terurai membusuk ditengah atau ditepi jalan, terkadang bangkai mereka terberai mengering lalu lama-kelamaan menjadi debu akibat tergencet dan tergilas roda kendaraan setiap menitnya.

Jaman telah berubah, kami terkadang dilupakan. Kami kini menghadapi masa dimana kami harus bersaing dengan anjing-anjing dari ras lain, dan dari belahan benua lain. Mereka dianggap lebih bagus, lebih mahal serta lebih pantas diajak berjalan di jalanan,dipantai,ditaman-taman. Sementara kami yang sudah menjelajahi pulau surga sejak berabad-abad silam dianggap tak lagi pantas ada dan menjelajah. Kami kadang diusir, kami tak diperdulikan, walaupun kami bertuan tak jarang kami makan dari mengais sampah, hingga kami dianggap liar, pembawa penyakit,pembawa kotoran. Kami bukan lagi anjing yang dipelaihara karena dipilih, bukan lagi para penjelajah pulau surga pilihan. Hingga kami tak lagi punya pilihan, begitu pulau tuan kami, seolah tak ada pilihan kamipun diabaikan. Kami menyusuri gang-gang sempit kota, kami menjelajah diantara deru debu trek pasir dan lalu lalang sepeda motor, dan tiap hari selalu ada yang mati. Kami buduk, kami berpenyakit, kami tak diberikan pilihan, hak kami menjelajahi Pulau Surga seolah dirampas.

Kami dipelihara, hanya untuk tidak diberikan pilihan, karena kami tak lagi anjing-anjing pulau surga, para penjelajah yang dipilih karena kami pilihan. Kami adalah anjing buangan. Tak ada lagi legenda dan kisah heroik tentang kami. Tak lagi ada yang ingat kehebatan,kesetiaan, dan jasa-jasa kami menjaga para penghuni pulau surga turn temurun. Kesetiaan kami masih kami berikan untuk tuan kami para penghuni pulau surga. Tapi pada kenyataanya kami hidup,bertahan dan diingat kembali walaupun tak menjadi kisah hebat dari tangan,kepedulian dan uluran bantuan orang-orang asing di pulau surga.

Saudara-saudara kami dipuncak puncak bukit, di desa-desa terpencil...mereka masih setia kepada tuanya, dan masih sahabat terbaik manusia, yang bebas berlari menjelajahi tiap jengkal Pulau Surga. Sementara kami di tengah hiruk pikuk kebingungan desa menjadi kota, dan serbuan globalisasi hanya ada dalam poster -poster dengan jargon "SAVE BALI DOG" sementara keinginan kami menjelajah,berlari sejauh kami mau dan kembali kepada tuan kami setelah lelah bermain hanyalah mimpi dihimpitan gang sempit dan lalu lalang mesin-mesin dijalanan kota yang tiap menit mengincar hidup kami dengan berakhir menjadi "dendeng" ditengah-tengah jalanan kota.

Mimpi kami...jangan pernah sampai saudara kami diatas perbukitan dan desa-desa terpencil mengalami apa yang telah kami alami di himpitan kebingungan desa menjadi kota...serta neraka kota di pulaunya para Dewata. Mereka harus tetap berlari, bermain, melolong bahagia di surga yang tersisa di pulaunya para Dewata. Dan kami...? biarlah kami menjadi legenda biarlah kami menjadi kisah... dimana kami pernah berjaya...dan kami pernah di binasakan dan dilupakan di tanah kelahiran kami sendiri. ( - arya wijaya ©- )

  
(Sumber Link : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10206731761865028
Buku Tamu
Silahkan Tinggalkan Pesan Anda
------------------------
foxyform
Diberdayakan oleh Blogger.